Sabtu, September 16, 2006

jongos

Aku negtik di rental aja

Aku ngetik di rental aja. Aku benci dirumah. Semua penuh insight yang menyesakkpan. Sepah di mulut,sesak di hati. Kenapa harus begitu sedih. Itu rumahmu sendiri? Kenapa harus begitu menyesakkan. Toh kamu setiap hari di sana. Masih hidup kan?

Seseroang lainnya yang berada dalam ruangngan kubus dan diberi kubikel2 kecil masih pula dipenuhi asap rokok dan ocehan orang menggembar gemborkan idealisme kerja toh dia masih hidup?

Ada apa dengan ruang sesakmu?jika di bandingkan? Apakah memang sesesak itu? Kau berbohong. Ah kau berbohong.

Tidak. Aku seneb di rumah. Seringnya aku menangis. Memilukan hati. Menyesap ingur yang keluar bersamaan dengan nanah mata. Pedih. Pahit. Aku g betah di rumah. G adil yang kau rasa. Aku diperbudaki. Diperjongosi oleh kebodoha. Kebodohan yang membuatku terbentuk senila tanpa sejelaga. Iya. Aku jongos. Dituduh memperjongosi orang lain pula. Gila bukan?

Nanah mata ku tak bisa berhenti. Benar benar sedih aku. Aku ngetik di rental saja. Aku jalan jauh tak apa. Aku mengemis bayar rental tak apa. Aku lebig merasa burung terbang tinggi di sana. Di rumah aku jongos yang doperjongosi laknat kesombongan ketidakadilan. Senila tanpa sejelaga.

Nanah mataku terus turun. Sakit rasanya.







Di rental

Aku sudah di rental. Aku mengetik. Mengetik dan terus mengetik. Aku bernanah di mata. Tapi hanya secuil. Tak seberapa dibanding tadi di rumah. Kalau di rumah menurut laknat yang memperjongos aku, aku hanya bisa diam saat aku digebuk, dijambak,dinistakan. Seperti dia. Nista.
Di rumah aku hanyabisa diam. Manut. Kalau tidak? “JONGOS KAMU DIAM SAJA JANGAN MACAM MACAM KUGEBUK KAMU!” begitu kata nista. Dasar nista kau. Aku kembali bernanah. Tak lagi bening, tapi merah. Merah sekali. Sepertinya darah

Aku menghela napas. Aku sedang memelototi layar komputer di rental. Rasanya sunyi tanpa si nista. Tak ada yang menggebuki ku. Ancaman pun tak ada. Aku ko’ kesepian? Apa aku pulang saja? Iya, pulang saja. Ada di rumah dan di perjongosi.

So you think that we’re in forrest and running around and thingking that we are free? Are you free. This jongos is not. She’s not free. Trust me she is not.

Tidak!. Aku tidak rindu ko’ aku ingat lagi apa yang diperbuat nista. Aku benci benci dia. Dia jahat. Aku diperjongos! Kenapa aku rindu?

Aku tau. Aku takut sendiri dan tidak diperjongos. Itu kah jawabnya? Apakan kezoliman yang ku rasa tak sebanding dengan kenikmatan diperjongos. Masochist diperjongos? Sepertinya aku suka

Mungkin si nista benar. Memang senila tanpa sejelaga. Aku memang wujud dari nisat itu sendiri. Olehnya aku senang di perjongos. Karena aku dia. Dia aku. Aku diperjongosnya. Dia memperjongos dirinya.aku kah dia? Bukan. Dia bukan aku. Dia lebih dari sekedar aku. Seabad usiaku lebih kerdil. Dia toh berkeriput gosong lereng boneng diwajah. Wajahku? Masih bagus. Dan aku tau dia benci aku karena itu. aku jauh lebih baru dari pada dia. Dia tua. Haha. Aku baru, dia tua. Aku baru. Tapi dia mempejongos ku karena aku baru? Pernahkah aku berangan untuk menjadi tua sepertinya? Tidak. Untuk apa? Aku kan baru. Tapi dia pabrikku. Dia miliki aku. Aku di milikinya. Aku miliknya. Dia sering bialng itu. Aku propertinya. Kelak aku tidak untuk di ambil orang lelaki untuk dijadikan budak kesetiaan. Aku harus berada didekatnya. Tidak untuk memperjongosnya seperti yang dia lakukan padaku. Tapi untuk mendewakan dia. Sementara dia terus memperjongos ku.

Di rental

Sudahlah. Kau pulang saja. Tak ada rasanya kebebasan secuil ini. Dia sudah misscall. Ibu bilang suruh pulang. Aku si jongos pulang. Iya ibu aku pulang. Mama aku pulang.

Tidak ada komentar: