Selasa, September 26, 2006

11 Kebiasaan Buruk Yang Merusak Otak!


11 Kebiasaan Buruk Yang Merusak Otak!

menurut om om bernama asdar aziz (seorang teman, dan anehnya, dia melakukan hampir semua yang dia masukkan dalam list ini. lihat bagian yg di bold

1. Tidak mau sarapan.
* Banyak orang menyepelekan sarapan, padahal tidak mengkonsumsi makanan di pagi hari menyebabkan turunnya kadar gula dalam darah. Hal ini berakibat pada kurangnya masukan nutrisi pada otak yang akhirnya berakhir pada kemunduran otak.

2. Kebanyakan makan.
* Terlalu banyak makan mengeraskan pembuluh otak yang biasanya menuntun kita pada menurunnya kekuatan mental.

3. Merokok.
* Merokok ternyata berakibat sangat mengerikan pada otak kita. Bayangkan, otak kita bisa menyusut dan akhirnya kehilangan fungsi-fungsinya. Tak ayal diwaktu tua kita rawan Alzheimer.

4. Terlalu banyak mengkonsumsi gula.
* Terlalu banyak asupan gula akan menghalangi penyerapan protein dan gizi sehingga tubuh kekurangan nutrisi dan perkembangan otak terganggu.

5. Polusi udara.
* Otak adalah bagian tubuh yang paling banyak menyerap udara. Terlalu lama berada di lingkungan dengan udara berpolusi membuat kerja otak tidak efisien.

6. Kurang tidur.
* Tidur memberikan kesempatan otak untuk beristirahat. Sering melalaikan tidur membuat sel-sel otak justru mati kelelahan.

7. Menutup kepala ketika sedang tidur.
* Tidur dengan kepala yang ditutupi merupakan kebiasaan buruk yang sangat berbahaya karena karbondioksida yang diproduksi selama tidur terkonsentrasi sehingga otak tercemar. Jangan heran kalau lama kelamaan otak menjadi rusak.

8. Berpikir terlalu keras ketika sedang sakit.
* Bekerja keras atau belajar ketika kondisi tubuh sedang tidak fit juga memperparah ketidakefektifan otak.

9. Kurangnya stimulasi otak.
* Berpikir adalah cara terbaik untuk melatih kerja otak.Kurang berpikir justru membuat otak menyusut dan akhirnya tidak berfungsi maksimal.

10. Jarang bicara.
* Percakapan intelektual biasanya membawa efek bagus pada kerja otak.

11. Berpikiran Jorok

* Imajinasi jorok yang berlebihan akan membuat pembuluh darah di otak sebelah kanan akan mengeras... sehingga dapat membawa efek yang kurang bagus bagi pertumbuhannya...

Kamis, September 21, 2006

i hate high school

i hate highschool. i hate them. all of those people. they dont know me. all they do is judge. they dont even know me. they even didnt try to know me. ihate them

Sabtu, September 16, 2006

lelaki penggantung menderita psikopatologis

Masih ingat ama lagunya nicole kidman yang come what may. “i will love you until my dying day”

Saya sangad dibingungkan oleh keskeptisan saya terhadap kata-kata itu. Terlepas dari keluarbiasaan akting janda criuse ini. Tapi terlebih karena toeri Dollard & Miller tentang Belajar. Manusia perilakunya dipelajari. Manusia mendapatkan pengalaman dalam bertindak sesuai pengalamannya. Begitu juga teori-teori belajar thorndike dan Pavlov (the great classical conditioning, dimana dia membuktikan bahwa perilaku manusia dapat dipelajari dengan penggambarannya dengan seekor anjding).

Konteksnya disini masih soal cinta-cintaan. Apakah seorang dapat terus mencinta? Walaupun sudah disakiti diperbodohi diperlakukan tidak mbejaji. Apakah mau? Apakah memang sebodoh itu? Iyakah?

Yang saya cobai disini adalah, teori pembelajaran adalah teori yang sangad umum dan sudah ada dimasyarakat tanpa atau dengan sadar bahwa teori itu dikemukakan oleh beberapa tokoh tokoh pembesar psikologi. Dan apakan teori belajar itu sama sekali tidak pernah terlintas dalam pemikiran saat seseorang berada dalam keadaan deeply in love? Saat ia sudah disakiti sedemikian rupa dan masih menolak untuk membelajari dirinya dengan ilmu ilmu tangkas penampik lelaki ataupun wanita buaya.

Siang tadi di kantin saya mendengarkan dengan samar-samar curhatan seorang sahabat. Dia adalah wanita cerdas keibuan cantik dan tidak diragukan lagi idaman banyak lelaki mapan. Namun, dia rela menyiksakan hati dan dirinya demi seorang lelaki yang tidak jelas juntrungnya. Belum lulus kuliah. Dan yang paling parah. Memposisikan teman saya dalam keadaan menggantung. Secara logika, digantung menyebabkan sesak napas dan kemudian kematian. Memang digantung dalam konteks ini tidak sama dengan yang saya utarakan sebelumnya. Tetapi tetap saja, hati sesak, napas terengah engah setiap kali memikirkan lelaki itu, keringat dingin mengucur tiap kali ada wanita lain yang mendekati dan menyadari bahwa dia tidak memiliki posisi untuk menyalak wanita lain itu. Karena dia bukan siapa- siapanya. Bukan pacar, tunagan, istri. Hell, TTM aja bukan. Hanya seorang wanita yang berada dalam keadaan pending. Digantung.

Tadi itu, teman saya bimbang, dia lagi ditaksir sama lelaki lain yang sepertinya lebih jelas memposisikan dirinya. Dalam hati. Bukan tergantung di suatu persimpangan jalan entah dinegara ketiga bagian mana. Dan lagi, he loves her. Masalah bagi sebagian wanita yang tergantung dan rela menggantung dirinya adalah, tidak adanya rasa empatetik pada sesama jenis yang jelas jelas bonafid seperti ini. Bukan Cuma bimbang dan g yakin dan takut dan lain lain lain lain lainnya. Tapi juga adanya perasaan pengharapan. Denial. Bentuk defence mechanism terburuk menurut saya. Freud selalu bilang manusia sangad dan selalu terpengaruh oleh libido yang menurut saya bisa dianalogikan dengan “CINTA”. Dan saya benci mengakui bahwa freud itu benar. Paling gak dalam hal ini. Kembali lagi ke masalah wanita terpuji tadi, dia g pengen sadar karena dia “CINTA” sama lelaki penggantung kurang ajar itu. Saya bingung dan jengkel, kenapa wanita saat dalam keadaan “cinta” selalu sulit dalam mempelajari segala sesuatunya. Belajar bahwa lelaki itu pembohong, kurang ajar, ego sentris, bulukan, napsuan dan tukang ngibul terdasyat sepanjang alam semesta indah asri ini????bahwa dia semestinya sadar dan berpaling dari keadaan yang menggantung itu. Saya benar benar benci kenapa freud selalu benar dalam hal ini.

Dan bukan hanya terjadi pada satu kasus ini. Pada saya juga pernah. Pada banyak sekali wanita diseluruh pelosok belahan bumi jagad raya bimasakti ini.

Saya sangad susah mengkonklusikan pemikiran saya. Saya masih dibawa woro-wiri sama pemikiran tadi. Memang pada AKHIRNYA seperti dalam film film kartun dimana si tokoh utama tiba tiba kemunculan bohlam lampu menyala diatas kepalanya dan menerima gagasan yang benar benar insight luar biasa dalam pemecahan masalah. Meamng pada akhirnya siwanitu luar biasa tadi disadarkan. Walaupun dengan usaha keras teman-teman saya yang lain untuk meyakinkan bahwa she’s beter of without him. Dan lelaki baru tadi jauh lebig baik dari penggantung kurang ajar yang terus menerus menyakiti hatinya. Memang pada akhirnya Dollar & Miller berjaya. Bahwa proses pembelajaran terjadi. Walaupun CUE yang seharusnya terlihat terpapar dengan jelas tidak pernah direspon semestinya. Saya kembalai berfikir. Apakah yang salah adalah CUE? Isyarat? Apakah isyarat itu tak pernah datang? Pada pengalaman pengalaman pribadi saya, cue selalu terselubung dlam ucap manis si penggantung. Seperti “ iya, aku sayang kamu, TAPI kamu TUNGGU ya sampai aku SIAP”. Saya tau saat saat seperti ini semestinya saya tersadar dengan kata TAPI TUNGGU SAMPAI SIAP.malahan yang terjadi saya lebih mengindahkan kata AKU SAYANG KAMU. Jadi yang disalahkan siapa? Para wanita yang terhipnotis ucap manis penggombal penggantung? Atau kemampuan pembahasaan kebohongan si penggantung yang menakjubkan? Subjektif memang jika saya mengatakan “ lelaki lelaki, dasar jahat. Kalian sebenernya udah tau saya akan terbodohi, ko’ tega sih tetep aja membodohi” tapi bagi lelaki, mereka pasti mencoba membela diri dengan berkata “ lha ko’ mau dibodohi?” pembelaan-pembelaan. Memang enak didengar dan kadang sulit dilawan. Tapi bukankah pembelaan itu juga defends mechanism? Bukankah perilaku menggunakan defends mechanism adalah salah satu aspek ketidaknormalan kepribadian. Ketidaknormalah disini artinya ketidakmampuan seseorang untuk menyelesaikan masalahnya. Yang kemudia berarti gangguan kepribadian. Psikopatologis, kata markam. Berarti lelaki itu perlu datang ke psikolog

Pada akhir curhatan, teman saya pun memberikan lampu hijau untuk lelaki bonafide yang menjatuhkan hatinya kepadanya. Semua berakhri dengan happy ending yang menyenangkan. Jadi, apa ruginya? Belajar? Paling tidak cukup menyenangkan untuk menyadari bahwa lelaki penggantung itu bermasalah secara kepribadian dan perlu menemui terapis untuk mempernbaiki keabnormalan perilakunya. hahaha

jongos

Aku negtik di rental aja

Aku ngetik di rental aja. Aku benci dirumah. Semua penuh insight yang menyesakkpan. Sepah di mulut,sesak di hati. Kenapa harus begitu sedih. Itu rumahmu sendiri? Kenapa harus begitu menyesakkan. Toh kamu setiap hari di sana. Masih hidup kan?

Seseroang lainnya yang berada dalam ruangngan kubus dan diberi kubikel2 kecil masih pula dipenuhi asap rokok dan ocehan orang menggembar gemborkan idealisme kerja toh dia masih hidup?

Ada apa dengan ruang sesakmu?jika di bandingkan? Apakah memang sesesak itu? Kau berbohong. Ah kau berbohong.

Tidak. Aku seneb di rumah. Seringnya aku menangis. Memilukan hati. Menyesap ingur yang keluar bersamaan dengan nanah mata. Pedih. Pahit. Aku g betah di rumah. G adil yang kau rasa. Aku diperbudaki. Diperjongosi oleh kebodoha. Kebodohan yang membuatku terbentuk senila tanpa sejelaga. Iya. Aku jongos. Dituduh memperjongosi orang lain pula. Gila bukan?

Nanah mata ku tak bisa berhenti. Benar benar sedih aku. Aku ngetik di rental saja. Aku jalan jauh tak apa. Aku mengemis bayar rental tak apa. Aku lebig merasa burung terbang tinggi di sana. Di rumah aku jongos yang doperjongosi laknat kesombongan ketidakadilan. Senila tanpa sejelaga.

Nanah mataku terus turun. Sakit rasanya.







Di rental

Aku sudah di rental. Aku mengetik. Mengetik dan terus mengetik. Aku bernanah di mata. Tapi hanya secuil. Tak seberapa dibanding tadi di rumah. Kalau di rumah menurut laknat yang memperjongos aku, aku hanya bisa diam saat aku digebuk, dijambak,dinistakan. Seperti dia. Nista.
Di rumah aku hanyabisa diam. Manut. Kalau tidak? “JONGOS KAMU DIAM SAJA JANGAN MACAM MACAM KUGEBUK KAMU!” begitu kata nista. Dasar nista kau. Aku kembali bernanah. Tak lagi bening, tapi merah. Merah sekali. Sepertinya darah

Aku menghela napas. Aku sedang memelototi layar komputer di rental. Rasanya sunyi tanpa si nista. Tak ada yang menggebuki ku. Ancaman pun tak ada. Aku ko’ kesepian? Apa aku pulang saja? Iya, pulang saja. Ada di rumah dan di perjongosi.

So you think that we’re in forrest and running around and thingking that we are free? Are you free. This jongos is not. She’s not free. Trust me she is not.

Tidak!. Aku tidak rindu ko’ aku ingat lagi apa yang diperbuat nista. Aku benci benci dia. Dia jahat. Aku diperjongos! Kenapa aku rindu?

Aku tau. Aku takut sendiri dan tidak diperjongos. Itu kah jawabnya? Apakan kezoliman yang ku rasa tak sebanding dengan kenikmatan diperjongos. Masochist diperjongos? Sepertinya aku suka

Mungkin si nista benar. Memang senila tanpa sejelaga. Aku memang wujud dari nisat itu sendiri. Olehnya aku senang di perjongos. Karena aku dia. Dia aku. Aku diperjongosnya. Dia memperjongos dirinya.aku kah dia? Bukan. Dia bukan aku. Dia lebih dari sekedar aku. Seabad usiaku lebih kerdil. Dia toh berkeriput gosong lereng boneng diwajah. Wajahku? Masih bagus. Dan aku tau dia benci aku karena itu. aku jauh lebih baru dari pada dia. Dia tua. Haha. Aku baru, dia tua. Aku baru. Tapi dia mempejongos ku karena aku baru? Pernahkah aku berangan untuk menjadi tua sepertinya? Tidak. Untuk apa? Aku kan baru. Tapi dia pabrikku. Dia miliki aku. Aku di milikinya. Aku miliknya. Dia sering bialng itu. Aku propertinya. Kelak aku tidak untuk di ambil orang lelaki untuk dijadikan budak kesetiaan. Aku harus berada didekatnya. Tidak untuk memperjongosnya seperti yang dia lakukan padaku. Tapi untuk mendewakan dia. Sementara dia terus memperjongos ku.

Di rental

Sudahlah. Kau pulang saja. Tak ada rasanya kebebasan secuil ini. Dia sudah misscall. Ibu bilang suruh pulang. Aku si jongos pulang. Iya ibu aku pulang. Mama aku pulang.

chief editor of runway for president of the world


I have just watch the devils wears prada.

Tau kan beberapa hal yang sangat mengecewakan saatanda menonton film adaptasi, based on,inspired with dll sebagainya semacamnya? Well, memang ada beberapa unsur crusial yang cenderung memberikan sedikit kesan manusiawi dari bukunya. Tapi visualisasi David Frankel dalam menyisipkan sedikit unsur humanis walaupun tanpa adaptasi 100% dari buku adalah kerja keras yang luar biasa menjakjubkan.

Saya sudah pernah bilang, saya tidak melakukan film atau book refiews. Jadi jangan harap saya menceritakan alur cerita LUAAR BIASA dari the devils wears prada yang dimaiknan oleh maryl streep dan anne hathway dengan inspiratif.

Satu hal yang bisa saya tangkap dari film ini, adalah benar adanya pekerjaan dalam bidang fashion (media cetak, maupun elektronik) merupakan “ A die for JOB”. Satu kata yang secara repetatif diucapkan oleh berbagai karakter dalam film ini adalah “ milions of girls would die for this job” and its true. Menurut saya.

Pada mata kuliah dasar jurnalistik, dosen saya selalu memberikan contoh maslah masalah konkret yang terjadi dalam kehidupan pernegaraan maupun persosialan dalam dan luar negri. Sosial disini adalah masalah masalah konkret yang sebagian besar membuat impact yang hanya bisa dinikmati oleh orang orang yang cukup perduli, dalam artian memiliki kemampuan intelegensia untuk cukup perduli. Bukannya saya mendiskreditkan orang orang yang membaca yellow page newspaper. Tapi pada kenyataan a real interest of integence dont go in yellow pages.

Benang merahnya? Tunggu dulu. Sebentar lagi. Yang saya menarik perhatian saya, kenapa tidak satupun dari contoh-contoh yang diberikan oleh dosen saya berhubungan dengan kehidupan fashion? Milion hundreds of dollars go to this industry every DAY. Apakah fashion bukan merupakan human interest yang cukup penting untuk disangkutpautkan pada hal hal seperti ekonomi, politik, bahkan pendidikan?

Padahal, fashion adalah statement dari SEMUA. Contohnya kepribadian suatu bangsa bisa dicerminkan dari apa ciri khas fashionya seperti, irish wears kilt, dan orang indonesia dengan batiknya? Tapi kenapa terkadang fashion selalu dinomer duakan. Dipandang sebelah mata? Mungkin saya kurang menegaskan betapa pentingnya fashion. Apakah mungkin jika seorang Soekarno tidak memakai jas necisnya dalam berbagai perhelatan akbar Beliau akan mendapat respect yang sama didapatkannya saat beliau memakai sarung dan kaos oblong? Tidak bermaksud untuk mempertanyakan kemampuan berbahasa verbal Soekarno, yang saya sangat kagumi, tapi perlu diingat, bahwa first impression counts. Dan perlu diingat kembali bahwa mata adalah indra pertama yang memberi respon terhadap persepsi. Dan apakah mata mampu melihat kemampuan orang berorasi disaat kita memasuki ruangan. Tidak. Orang melihat cara kita berjalan cara kita memandang ruangan dan CARA KITA BERPAKAIAN.

Sudah saya tegaskan betapa pentingnya pencitraan. Fashion. Dalam menentukan berbagai hal dalam segi kehidupan. Benjamin Franklin dengan topi besarnya dan cerutu. Mahatma Gandhi dengan pakaian tradisional Indianya. Soekarno dengan jasnya.

Tentu saja ada beberapa orang yang beranggapan, apa sih yang membuatnya begitu penting? Toh Cuma pakaian. Kenapa sih cewe harus punya lebih dari satu sepatu, tas, make up dan aksesoris? Kenapa sih cowo harus punya begitu banyak dasi dan jas. Kenapa sih cowok dan beberapa perempuan suka sekali dengan keadaan jins nya tidak tercuci? Karena itu adalah statement pribadi! Aktualisasi diri paling mendasar dari semua bentuk aktualisasi diri lainnya.

Aktualisasi dir? Hell, apa hubungannya coba? Well, Karena saat anda memilih pakaiaan pakaiaan yang menurut anda adalah hal yang biasa anda secara tidak sadar telah melabel diri anda. Salah satu unsur paling konkret dari kepribadian seseorang meneurut freud adalah keadaan tidak sadar. Atau onconsious mind of human behavior. Dan apakah menurut anda pakaian pakaian yang anda pilih untuk anda kenakan dapat anda begitu saja didepan anda? Tidak. U have to buy them. Dan menurut anda bagaimana pakaian pakaian itu ada di rak disuatu departemen store, ataupun distro, ataupun pasar loak? Karena mereka dipilih disortir untuk berada disitu. Editor of fashion make them existed for u. Melaluim proses design yang begitu panjang, pemikiran dan terkadang keadaan dalusinatif yang ekstrem yang menghasilkan anda memilih pakaian pakaian itu semua.

Sadarkah anda sekarang betapa pentingnya fashion?

Yang saya coba utarakan disini adalah betapa hebatnya orang orang itu. Orang orang yang meiliki power untuk menciptakan fashion. Yang berpengetahuan untuk memaparkan apa fashion itu sendiri. Bukan hanya orang orang yang memiliki kemampuan kognitif yang luar biasa. Tapi juga seni. Art. Jiwa yang bebas. Seperti Danny Warhoel, Benyamin S, dan dalam wujud rekaan Miranda priestly.Bahkan seorang Newton tidak akan pernah mampu mengalahkan Miranda. Seorang miranda harus tau apa yang terjadi dengan dunia. Politik, ekonomi, dan semua aspek crusial lainnya. Untuk mampu melakukan pekerjaannya. Dia benar benar harus mampu.

Saya terkagum kagum, apakah benar adanya seorang yang seluarbiasa itu. Apa jadinya sebuah negara saat orang orang seperti itu mengapunya?

Dan pertanyaan yang akan saya lontarkan? Would i die for that posisition? I’ll annoraxted my self to be half of it. Hahaha. Kidding

Senin, September 04, 2006

the weatherman




Oke

Saya baru nonton the weatherman. I’m not doing reviews. However, I am trying to tell wat I think bout the movie. Yang maen Nicolas cage, yg nulis Steve Conrad dan sutradaranya gore verbinsky.

Due the stupid trouble shoot crap of computer, I didn’t remember wat to say. Damn.

AnyhoO, film ini diawali agak crapy bgt. Jd si nick maenin seorang weatherman yang jarang ngebuat forecast yang true. Sehingga dia di benci ama penontonnya,tapi ada juga c yang sayang ama dia. He’s life is a total shithole. He has troubled kids. Troubled married. He’s dad is about to die. Yaraa yrraa yraaa

Butum line, he has a worst life than I have. A total chaos. Walopun at the end of the movie he got a well, great paid job in New York (a million two a year) he has reconciliation wit his children, things still didn’t work as plan. As he plans.

His wife got married to a germ bowl, and his dad died. Sesuatu yang membuat saya merasa perlu menceritakanya? Karena pada akhirnya saya menarik benang merah yang terdengar sedikit absurd. Taunya hidup itu emng g selalu hepi2. mungkin karena itu ada beberapa orang yang fed up dengan hidup dan menciptakan yang namanya positive psychology. Ato orang2 keset seperti saya yang simply mengikutsertakan jiwa saya pada jalan hidup hedonistic.

Wat im trying to say is. No matter how your life disgust u or make u said u better of dead than being alive. There are still a lot aloooooot of people that lives more shitty than u are. Those rich people that live large and are paid a whole suck of it they didn’t always get wat they really want.

The fact is life isn’t easy. Life sucks. And we just have to deal with it. Adalah suatu keharusan untuk kita mensyukuri apa yang uda kita punya. Walopun itu suck dan kita menyesap begitu banyak kepedihan sampai2 hati sudah tidak mampu menjalani kewajibannya lagi dan air mata yang harus menanggung. Tapi tetap saja. DEAL WITH IT.

Dan satu pesan yang sangat menancap di hati waktu saya nonton film walk the line (yes, it’s another movie) “parents are not the best judge of character” and that’s true. Makanya, para lelaki diluar sana. Punyailah istri psikolog. Karena mereka diberi kewenangan untuk mendiagnostik karakter. huehuehue

ketololan

Tau kan saat dimana kamu ngerasa kamu perlu nunjukin sesuatu. Pamer? Tau kan perasaaan bangga saat memamerkan sesuatu. Tapi sadar g kalo kadang orang yang kita pamerin tidak nyaman dengan keadaaan pamer kita?

Sebelum saya meneruskan, anda pernah pamer g? Tentang barang terbaru yang anda beli? Kebiasaan – kebiasaan baru yang sepertinya patut anda banggakan di depan orang banyak? Atau kelebihan kelebihan anda di bidang sesuatu yang menurut anda tidak banyak orang yang mampu menandingi?

Barusan saya mengikuti acara rapat2an dan politik2an ala mahasiswa. Banyak sekali yang namanya “unjuk kebolehan” dalam situasi tadi. Bukan Cuma karena jabatan yang mengharuskan dan memperbolehkan. Tapi juga supaya mapu dan dianggap kompeten untuk berada disana.

Bukan itu yang ingin saya bahas. That’s an old story. History.

Waktu break buat shalat magrib, saya ikutan temen saya. Maunya nemenin. Tapi y sekalian ndengerin dari jauh acara band anak universitas. Saya penasaran. Eh waktu sedang asik membaca(saya sedang pamer kebiasaan membaca, ceritanyaaaaa) sseorang yang ada di forum rapat yang sama sedang berjalan kearah tempat shalat. Di lantai itu adalah sekelompok mahasiswa dan dosen bule yang sedang bercakap2. sepertinya orang yang saya kenal itu ingin menunjukkan ke si bule bahwa dia cukup cerdas untuk di setarakan dengan bule itu. Caranya, dia berjalan sambil mumbling. Ngomong pake bahasa inggris. Saya g cukup jelas menangkap apa artinya. Mungkin saya terlalu budeg. Tapi juga ada kemungkinan, yang di mumblingkan sebenarnya not in place. Sesuatu yg gak make sense, tapi di paksakan keluar. Saya bukan ahlinya tentu saja. Setahun yang lalu saya memang di atas rata2. tapi secara pribadi saya mulai merasakan ketololan akibat degredasi kecerdasan.

Tapi harus saya akui, saya juga pernah berada dalam fase2 dimana saya merasa smarth n unbeatable. Tapi waktu itu umur saya 15 tahun. She’s 2 years older than me. Bukankah sduah waktunya to move on??

Hahaha. Saya jahat dan tidak tau diri memang. Kill me. Not now of course

Sebelum kembali menegaskan bahwa saya senang memperolok orang lain,mungkin saya perlu mengingatkan. Saya dulu juga pernah begitu. Bahkan terkadang sampai sekarang secara g sadar maupun sadar saya masi sering malakukan repetisi tidak penting itu. Inspite all of those stupid non sense, saya hanya ingin mengingatkan. Diri saya dan mudah2 an orang lain, untuk kembali memahami potensi diri sebelum kembali memamerkan sesuatu. Saya tau diantara orang yang berada disekitar mungkin kita terlihat begitu menakjubkan. Tapi masih banyak orang di luar sekitar kita. Yang mungkin dibandingkan diri kita, kita Cuma seonggok tai. cicak Jadi, jangan keseringan yakh,,,kamu dhika jangan keseringan pamer. Ko’ yang jelek2 sukanya ikut2an thOoooOooOo,,,???

ps; saya kembali mengalami repetisi tidak penmting tentang penyombongan diri oleh teman saya. he has change,,

ketakutan

Ketakutan

Saya kembali ketakutan. Kembali dibuat mencekam oleh sesuatu. Sesuatu yang terus bergerak. Bergulir. Tak hentinya. Saya ditakutkan oleh perubahan. Takut akan ketidakmampuan untuk mampu bertahan, ataupun mampu untuk ikut bergerak selajur dengan perginya perubahan. Saya takut harus kembali dipusingkan dengan penyesuaian. Adaptasi. Berpikir bagaimana lagi mengingat ingat apa yang harus di lakukan setelah begitu banyak reminder yang menyala disertai bunyi bel dan getaran. Saya takut.

Saya melihat sekitar. Berputar dan berpaling melihat sekitar. Hal yang awalnya nisbi, awalnya hanya mimpi buruk dengan harapan tak akan terwujud. Rupanya, datang juga dia. Persis seperti mimpi burk. Begitu nyata. Tercekat bernburu nafas. Terenggah meratapi kenyataan.

Kenapa harus berbagi dengan realita yang menyayat. Bak cerulit. Sayat sayat sayat. Berirama, teratur. Kenapa tidak terbang saja. Menghindar dari perubahan. Kenapa harus diam diri dan menerima apa adanya perubahan. Kenapa harus ikut serta??

Saya benci perubahan. Aa lagi saat saya harus ikut berubah. Saya egois. Memang. Tapi apakan tidak lebih egois sebuah perubahan datang semau udel tanpa permisi. Menyentak begitu saya. Mengagetkan. Menyebalkan.

Saya benci perubahan.

palmistry dan heels laknat

Ada bulu sesuatu yang nempel dkeyboard dhk,,

Hari yang berakhir lumayan buruk. Hari ini saya berusaha berpenampilan sedikit ketante tantean. Pake high heels dan rok lengkap dengan tas jinjing ala tante2 ibu kota. Damn i look so real. Hehehe. Tapi rupaya tak sangka di sangka, jari2 saya, jari kaki to be exact, merutuki hari dimana saya memustuskan untuk menjadi feminim ini. Jari kaki saya membenci high heels laknat yg g pernah dipake dan hanya dibeli karena murah dan lucu dan tumben ko’ ada ukurannya. Jari kaki saya merutuki ke kram an nya dan ketidak mampuannya menggerakkan bagian2 terkecilnya karena terhalang ujung runcing yang menyesakkan. Jari kaki saya terus menangis kesakitan disaat gesekan kulit sepatu beradu dengan kulit kaki saya dan menimbulkan semacam kelecetan yang membekas begitu merahnya (besok pake sepatu kets ach).

anyhOo, tadi kuliah kepribadian ama pak ake. Beliau, OK. Tadi ngajarin chirology dan palmistry. Hahahaaa. Saya bisa baca tangan andaaaa. Tapi sayangnya saya mengecewakan adik saya karena tidak membiarkan dia mempelajari hal yang sama. Saya g pgn adek saya dirutuki orang karena bertindak di luar keketerlatihan dia, dan kewenangan profesi. Kalo saya yang buat salah saat melakukan palmistry toh gpp. Saya bisa ngelak dan menagatakan ilmu itu udah tua sangadh, dan bersifat non-ilmiah. Tapi kalo adek saya? Bisa ngelak apa dia?

Well,sepertinya saya akan di ambekin dalam waktu yang lama. Di tambah lagi bibik saya yang terlalu memanjakan adek saya dan selalu mbelain dan ngasih apa aj mau adek saya. Bagussh,,

Gud lord,, may i rest in peace