Senin, Oktober 16, 2006

sementara ini...

Saya adalah entitas yang sedang teruji. Saya teruji baik jiwa maupun fisik. Saya tau, mungkin memang bersifat sangat koinsidental bertepatan dengan bulan ramadhan, walaupun saya tidak ikut merayakan. Tapi saya merasa begitu berat ujian ini. Begitu banyak menelan nanar mata dan bertubi isakan disertai Tanya yang menyayat.
Saya adalah entitas yang teruji.
Masih sulit untuk menceritakan tanpa bersikukuh tidak meneteskan nanar nanar itu ke pipi. Masih sulit unutk bercerita tanpa disertai isakan yang menggema sampai ke relung jiwa terdalam. Saya begitu sedih. Sangat sedih.
Hari selasa yang lalu, tepatnya tanggal 10 0ktober 2006,adik saya masuk Elisabeth-rumah sakit-
Saya tidak tahu menahu sampai disaat saya harus mengantarkan teman membeli kado disebuah mall. Awalnya saya pikir semacam malnutrisi secara adik saya sedang berdiet ketat karena kondisi kesehatannya juga –adik saya darah tinggi- . mama juga terdengar biasa saja di telpon, jadi saya tidak khawatir, walaupun ada terbesit sedikit ketidaknyamanan hati. Saya singgah ke gelael sebentar untuk membeli termos. Bertemu dengan teman sma saya dan masih sempat bergurauan. Doanya menyertai kesembuhan adik saya namunnya.
Setelah menyelesaikan semua keperluan perbelanjaan, saya pun ke Elisabeth. Saya ditemani hana waktu itu. Sampai di Elisabeth, saya menemui sebuah fakta yang sedikit menganggu, saya melihat bude saya yang compulsive disorder menangis di hallway ditenangkan oleh beberapa suster. Tanpa menyapa saya, saya pun bergegas keruangan adik saya. Adik saya tertidut begitu saya memasuki ruangan, rupanya.
Mama menyuruh saya dan hana keluar, dipintu mama berbisik, adekmu gagal ginjal. Gagal ginjal.
Saya kontan menangis. Saya bingung. Mama saya bercanda mungkin? Iya pasti bercanda. Begitu pikiran saya saat itu. Tidak mungkin bisa. Pasti salah. Gagal ginjal kan penyakit orang tua. Gagal ginjal kan seperti Guru Ijay, yang kemudin meninggal setelah berkali kali harus HD atau hemodialisis, atau cuci darah. Cuci darah? Adik saya harus cuci darah? Sebentar, seumur hidup? Adik saya? Dia kan baru 15 tahun? Bagaimana mungkin!!!
Saya begitu sesak dikejutkan dengan kenyataan kenyataan itu. Adik saya. Bukan saya. Bukan mama. Bukan papa. Bukan orang lain. Tapi adik saya.
Saya sedih bukan main. Sedih nangis sesenggukan didepan ruangan.

Tidak ada komentar: